Tantangan Menyalakan Api Dakwah Generasi Muda Muhammadiyah
Tantangan Menyalakan Api Dakwah Generasi Muda Muhammadiyah

Tantangan Menyalakan Api Dakwah Generasi Muda Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang bergerak di bidang sosial, kesehatan, dan pendidikan. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah sendiri cukup mengambil peran dalam penyebaran ajaran Islam sekaligus dalam pembaharuan sosial sejak tahun 1912 hingga saat ini. Dengan status organisasi besar tentu tidak membuat Muhammadiyah lepas dari berbagai tantangan. Tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah semakin beragam setiap harinya.

Era digital menjadikan semua orang bisa mengakses informasi dari mana saja. Disatu sisi, banyaknya informasi menjadikan manusia semakin tahu tentang apa saja. Akan tetapi di sisi lain, terbukanya gerbang informasi juga memberikan banyak permasalahan baru yang semakin komplek seiring berkembangnya zaman. Fragmentasi informasi muncul akibat bertebarnya berita hoaks sehingga menyebabnya masalah serius dalam penyampaian informasi yang benar dan akurat. 

Di era yang seperti ini, kebutuhan masyarakat akan dakwah sejatinya semakin meningkat. Apalagi untuk generasi Z yang mendominasi di era ini, dengan berbagai dinamika yang ada semakin membuat mereka butuh akan dakwah Islam yang sesuai dengan karakter mereka. Dengan karakter pragmatis tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Muhammadiyah dalam berdakwah kepada mereka. Menurut Nasikhin dan Raaharjo (2022), generasi yang memiliki pemikiran pragmatis-sosiologis ini lebih mendominasi ketimbang argumen teologis yang kemudian berpengaruh terhadap sikap beragama generasi muda Muhammadiyah. 

Tidak cukup dengan pemikiran yang pragmatis, generasi saat ini juga dihadapkan dengan degradasi moral yang cukup parah. Banyak sekali berita beredar di media massa tentang bagaimana kerusakan moral oleh generasi muda saat ini terjadi. Semua ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi Muhammadiyah dalam berdakwah.

Allah berfirman dalam surah An Nisa ayat 9 yang artinya Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).

Ayat diatas menjelaskan bahwa seorang muslim dilarang untuk meninggalkan keturunan atau penerus tanpa bekal yang mumpuni. Selain itu diharuskan untuk bertutur kata yang lebut. Hal ini selaras dengan tafsir dari Muhammad Sayyid Thanthawi, bahwa ayat di atas ditujukan kepada semua pihak, siapa pun, karena semua diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat. 

Dakwah perlu menyesuaikan gaya penyampaiannya sesuai dengan perkembangan zaman. Menyesuaikan gaya berdakwah dengan selera dan karakter generasi saat ini memang bukanlah hal yang mudah. Muhammadiyah perlu memperkuat inklusifitasnya dalam berdakwah sehingga dapat diterima oleh semua kalangan termasuk generasi muda. 

Berdasarkan Survei dari Alvara Research Center (2022) , sebanyak 65% anak muda memiliki minat terhadap isu keagamaan, akan tetapi 40% diantaranya mengaku kesulitan untuk mengakses informasi yang akurat. Hal ini kemudian dapat menjadi peluang bagi Muhammadiyah untuk menyediakan sumber informasi yang akurat, terpercaya, serta menarik bagi generasi muda. 

Informasi yang diberikan juga tetap kritis sehingga generasi saat ini tetap autokritik, bernalar, dan tidak taqlid buta.Generasi muda saat ini hidup dalam era digital yang ditandai dengan penggunaan media sosial, platform daring, dan teknologi canggih dalam kehidupan sehari-hari. Media informasi harus disesuaikan dengan selera anak muda saat ini, seperti penggunaan media sosial. Dakwah yang sebelumnya masih dilakukan secara konvensional seperti ceramah langsung, majelis taklim, maupun media cetak harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi sehingga dapat diterima oleh generasi saat ini.

Era globalisasi saat ini memberikan banyak ruang untuk semua pemikiran, termasuk pemikiran sekularisme dan pluralisme. Bahkan tak jarang ditemukan pemikiran atau ideologi yang berseberangan dengan ajaran Islam. Hal ini yang membuat generasi muda mulai mempertanyakan tentang relevansi dan esensi ajaran Islam di kehidupan mereka. 

Disinilah Muhammadiyah berperan dalam memberikan jawab atas persoalan tersebut dengan gaya penyampaian yang modern namun tetap memperhatikan esensi ajaran Islam. Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial, tetapi keterlibatan aktif generasi muda dalam organisasi masih menjadi tantangan. 

Banyak di antara mereka yang lebih tertarik dengan komunitas atau gerakan yang lebih fleksibel dan tidak terlalu terikat pada struktur organisasi formal. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu menciptakan ruang yang lebih inklusif dan inovatif untuk menarik minat generasi muda agar aktif dalam kegiatan dakwah dan sosial.Dunia yang semakin global dan multikultural, banyak sekali generasi muda yang saat ini mengalami krisis identitas akan keislaman mereka. 

Sebagian merasa sulit menyeimbangkan antara tuntutan agama dan kehidupan modern, sedangkan yang lain memilih untuk meninggalkan nilai-nilai keislaman mereka agar dapat diterima di lingkungan sosial yang lebih luas. Dakwah Muhammadiyah harus mampu menawarkan Islam sebagai solusi bagi kehidupan mereka, bukan sebagai beban yang harus dihindari.

Strategi dakwah Muhammadiyah untuk generasi muda mencakup optimalisasi media digital dengan memanfaatkan platform daring dan kolaborasi dengan influencer Muslim, pendekatan dakwah yang kontekstual dengan menyentuh permasalahan nyata seperti kesehatan mental dan karier, serta meningkatkan partisipasi anak muda dalam organisasi melalui komunitas berbasis minat. Selain itu, penguatan pendidikan Islam yang moderat diperlukan untuk menangkal paham radikal dan membentuk pemahaman Islam yang progresif. 

Terakhir, Muhammadiyah perlu menghadirkan role model yang relevan bagi generasi muda agar mereka memiliki panutan dalam menjalankan nilai-nilai Islam di era modern. Kesimpulan dari semuanya adalah bahwa di tengah perubahan zaman yang semakin pesat, Muhammadiyah menghadapi berbagai tantangan dalam menyampaikan dakwahnya kepada generasi muda. Era digital dan globalisasi telah mengubah cara mereka mengakses informasi, cara berpikir, dan cara bersikap terhadap agama. Fragmentasi informasi, sekularisme, serta minimnya keterlibatan anak muda dalam organisasi menjadi tantangan yang harus dihadapi. 

Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu beradaptasi dalam menentukan metode dakwahnya dengan memanfaatkan media digital, pendekatan yang lebih kontekstual, serta membangun komunitas yang lebih inklusif. Selain itu, penting untuk menghadirkan role models yang relevan serta memperkuat pendidikan Islam yang moderat agar generasi muda tetap memiliki prinsip keislaman yang kuat di tengah berbagai arus pemikiran modern. Dengan strategi yang tepat, harapannya Muhammadiyah dapat terus menjadi organisasi yang berperan dalam membimbing generasi muda menjalani kehidupan sesuai nilai-nilai Islam yang progresif dan relevan.

Korps Mubaligh Ikatan

Korps Mubaligh Ikatan adalah Lembaga Semi Otonom dibawah naungan Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman PC IMM Malang Raya.